Senin, 05 Maret 2012

Budidaya Lele

    Budi daya ikan Lele, baik lele lokal maupun lele dumbo, sudah lama dikenal dan digeluti masyarakat Indonesia. Dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar Iainnya, minat masyarakat untuk membudidayakan ikan tidak bersisik ini memang lebih tinggi dan Iebih merata di berbagai daerah. Lantas, mengapa masyarakat sangat berminat melakukan investasi uang untuk membudidayakan lele, terutama lele dumbo, dibandingkan dengan budi daya ikan air tawar Iainnya? Untuk menjawab partanyaan tersebut, kita bisa menelaah dari sisi keuntungan yang dapat diperolah seseorang dengan membudidayakan lele. Dengan kata lain, melihat prospek bisnis budi daya lele. Bukan tanpa alasan seseorang memilih berinvestasi dalam usaha budi daya lele dumbo. Ternyata, ada sejumlah keuntungan dan keunggulan yang ditawarkan, seperti berikut ini.

1. Tahan Banting

     Lele termasuk ikan yang terkenal "tahan banting” Untuk dapat bertahan hidup, lele tidak memerlukan kondisi atau persyaratan air khusus seperti halnya ikan air tawar Iainnya (ikan bersisik). Ikan air tawar Iain memerlukan oksigen terlarut dalam air yang cukup, sedangkan lele tidak terlalu membutuhkannya. Lele bahkan bisa menghirup oksigen di udara dengan cara menyembul ke permukaan air, karena lele memiliki alat pernapasan tambahan yang disebut labirin atau arborescent. Hal yang tak mungkin dilakukan ikan bersisik. 
     Kemampuan lele seperti disebut di atas membuat ikan ini dapat dibudidayakan hampir di setiap daerah dan di sembarang tempat. Di suatu daerah yang minim air, bahkan di comberan pun, kasarannya, lele dapat dibesarkan atau dibudidayakan. Syaratnya, jangan menebar benih berukuran kecil. Gunakan ukuran 9-12 cm, atau bila perlu ukuran di atasnya. Meski demikian, dalam budi daya lele tak berarti kondisi air bisa diabaikan atau diremehkan begitu saja. Untuk memacu pertumbuhan, produktivitas, dan menjaga kesehatan lele, tentu saja ketersediaan dan pemeliharaan air menjadi hal penting yang harus dilakukan. 

2. Masa Pemeliharaan Lebih Singkat

     Masa pemeliharaan lele Iebih singkat dibandingkan dengan masa pemeliharaan ikan air tawar Iainnya, baik pembenihan maupun pembesaran. Sebagai contoh, budi daya pembesaran lele yang dilakukan secara intensif hanya membutuhkan waktu sekitar 2 - 3 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi, tergantung padat penebarannya. Kondisi di atas berbeda dengan ikan air tawar Iainnya yang memerlukan waktu pemeliharaan relatif lebih lama. Ikan nila misalnya, memerlukan waktu sekitar 5 - 6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi. Sementara itu, gurami membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk panen ukuran konsumsi.

3. Pilih Penebaran Rendah atau Padat?

     Dalam budidaya pembesaran lele secara intesif dikatakan penebaran rendah, jika populasinya antara 150 – 200 ekor/m3. Untuk mencapai ukuran konsumsi, biasanya dibutukan waktu sekitar dua bulan. Artinya, dalam satu tahun bisa dipanen sebanyak enam kali. 
     Sebaliknya disebut penebaran padat apabila, apabila populasi lele antara 200-350 ekor/m3. Untuk mencapai ukuran konsumsi, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan. Artinya dalam satu tahun bisa memanen lele sekitar empat kali. Lalu, lebih baik mana penebaran rendah atau padat?
     Menurut pengalaman beberapa petani, penebaran padat lebih menguntungkan. Walaupun memerlukan masa pemeliharaan yang sedikit lebih lama & frekuensi panen per tahun tak sesering penebaran rendah, tetapi produktivitasnya lebih tinggi, jika dibandingkan dengan dengan penebaran rendah. 

4. Teknik Pemeliharaan Cukup Sederhana

     Dibandingkan dengan budi daya ikan bersisik, teknik yang digunakan pada pemeliharaan lele cukup sederhana. Peralatan dan bahan yang dipakai pun terbilang mudah ditemukan di sekitar kita. Namun, ada satu hal terpenting diperhatikan, yakni aspek ketelatenan. 
     Dalam hal pergantian air pun tak harus sesering seperti membudidayakan ikan bersisik. Pada tahap pembesaran, malah selama 10 hari pertama sejak penebaran, dianjurkan untuk tidak mengganti air sama sekali. Dalam pembesaran lele tidak memeriukan sistem air deras seperti yang dilakukan pada pembesaran ikan mas.

5. Siklus Keuangan Cepat

     Masa pembenihan dan pembesaran lele yang relatif singkat membuat perputaran keuangan sangat cepat. Karena itu, tidak perlu menunggu terlalu lama untuk menikmati keuntungan secara finansial dari hasil pemeliharaan lele. Apabila mempunyai kolam cukup banyak dengan perputaran uang yang begitu cepat dapat dimanfaatkan untuk membiayai operasional kolam Iainnya, seperti membeli bibit dan membeli pakan. Selain itu, pembudidaya bisa mengatur waktu panen agar dapat berlangsung setiap minggu atau bulan. Caranya, penebaran bibit di beberapa kolam dilakukan secara bergilir dengan interval waktu yang diatur menurut rencana panen atau target pasar. 

6. Benih Ikan Lele Relatif Lebih Murah dan Gampang Diperoleh

     Pada pembesaran Iele, salah satu keuntungan Iainnya adalah harga benihnya yang tidak terlalu mahal. Sebagan contoh, kisaran harga benih Iele ukuran 5-7 cm saat ini sekitar Rp 175 per ekor. Besaran tersebut merupakan harga rata-rata di beberapa daerah di Indonesia. Ukuran benih yang sama untuk ikan nila, ikan mas & gurami, harganya bisa dua atau tiga kali lipat dari harga benih lele tersebut. Selain murah, benih lele relatif mudah didapat, karena hampir di setiap daerah terdapat petani unit pembenihan lele. 
     Namun demikian, harga benih lele di beberapa daerah bisa lebih murah dari harga rata-rata. Petani di Kampung Lele bisa memperoleh bibit dengan harga jauh lebih murah.
     Di daerah Kalimantan yang terjadi malah sebaliknya. Harga benih lele di daerah tersebut sangat mahal, mencapai. Lebih mahal lagi di daerah Papua. Namun, di daerah tersebut harga jual lele ukuran konsumsi menyesuaikan dengan harga benih. Artinya, harga lele ukuran konsumsi juga tergolong mahal. Dengan demikian, tidak akan mengganggu tingkat perolehan laba petani. 

7. Relatif Tahan Terhadap Penyakit 

     Walaupun merupakan ikan tanpa sisik, lele dipersenjatai dengan lendir yang melapisi kulitnya. Lendir ini berguna untuk melindungi kulit atau tubuh lele, termasuk menangkal serangan penyakit. Karena itu, hindari perlakuan terhadap lele yang dapat mereduksi atau mengikis lendir di kulit lele. Jika dalam pemeliharaan lele diterapkan prinsip "mencegah lebih baik daripada mengobati" akan menghindarkan lele dari serangan berbagai penyakit. 

8. Permintaan Pasar Stabil

     Permintaan lele, baik benih maupun konsumsi sangat stabil, bahkan terus meningkat. lmplikasinya, usaha budi daya lele seperti tidak ada matinya. Permintaan lele untuk konsumsi, terutama diserap oleh segmen warung tenda atau populer dengan warungpecel lele. Selain itu, supermarket, restoran, dan rumah makan juga membutuhkan pasokan lele konsumsi yang cukup tinggi dan kontinu. Restoran dan hotel membutuhkan lele ukuran konsumsi, baik lele hidup atau lele segar (dalam keadaan mati). Supermarket memasok lele ukuran konsumsi. Umumnya, lele segar dengan ukuran 6—1 O ekor/kg. Selain itu, supermarket meminta Fillet lele dengan ukuran minimum 500 gram.


     Sesuatu yang harus di perhatikan dalam budidaya ikan lele dan beberapa faktor yang harus di perhatikan dalam perawatannya.

  1. Untuk bibit yang baru ingin di tabur usahakan pengaturan suhu air dan kadar garam yang tepat dan sesuai terutama perbedaan suhu air saat penaburan di musim penghujan.
  2. Bibit lele tidak dapat bersentuhan langsung dengan sinar matahari pada saat awal pembibitan, usahakan bibit lele di beri dedaunan kelapa atau sesuatu yang dapat melindungi dari sinar matahari langsung, namun hindari penggunaan dedaunan yang mengandung kadar getah tinggi seperti kangkung dan sejenisnya.
  3. Pemberian pakan yang teratur dan merata, karna lele bersifal kanibalisme yang cendrung jika pembesaran tidak merata maka yang besar akan memangsa yang lebih kecil, dan pencegahan bisa di lakukan dengan cara pemisahan bibit yang kurang berkembang ke tempat lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar