Kabupaten
Blora yang merupakan penghasil minyak dan gas bumi juga penghasil kayu jati
yang memiliki kualitas No. I di dunia. Namun pasca penjarahan oleh masyarakat,
kayu jati di Blora mulai langka, terutama kayu jati tua yang ada di hutan
Negara/ Perhutani maupun hutan rakyat.
Berangkat dari persoalan itulah limbah
kayu jati seperti akar yang tadinya ditinggal membusuk setelah ditebang, kini
dimanfaatkan masyarakat Blora untuk dijadikan berbagai macam kerajinan
moubiler, handycraft, juga dibuat patung/relief yang berkomoditi eksport.
Menurut Siswanto, pengelola limbah
akar kayu jati, dengan memanfaatkan akar kayu jati selain dapat meningkatkan
taraf hidup pengrajin juga dapat menyerap tenaga kerja di bidang seni ukir dan
pengumpul limbah kayu jati.
Pengolahan limbah akar kayu jati dengan
berbagai bentuk relief, sekarang ini
sudah banyak dilirik eksportir maupun diminati oleh turist asing yang
berkunjung ataupun sengaja datang untuk membeli langsung pada pengrajin.
Berkenaan dengan harga, sangat bervariatif
dan tergantung pada nilai seni dan tingkat kesulitan ukirannya. Semakin nilai
seninya tinggi( artistic) dan tingkat kesulitannya tinggi, dan usia akar tersebut
semakin tua, nilainya sangat tinggi. Dengan kisaran harga 3 juta sampai dengan
350 juta. Sedangkan lama waktu pengerjaannya berkisara 1 minggu sampai
berbulan-bulan, bahkan ada yang memakan waktu 1 tahun. Sistim upahnya
diborongan untuk setiap satu ukiran.
Hasil pengolahan akar kayu jati
tersebut, untuk jenis ukiran abstrak banyak diminati atau di eksport ke Negara
Amirika, Belanda Australia ,Jerman dll.
Sedangkan untuk motif ukiran relief keagamaan seperti patung Budha,
Hindu dan patung Yesus , selain diminati masyarakat lokal( dalam negeri) juga banyak diminati oleh Negara Jepang, Cina,
Korea dan India.
Dan ini foto-foto kerajinan kayu jati yang ada di kota blora :